Lukas 18:8b - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Canada Summer Camp
Indera kita tidak bisa diandalkan untuk mendeteksi dengan tepat dunia materiil Saya berharap bahwa Anda bisa tidur dengan nyenyak, supaya sekarang ini mata Anda bisa melihat dengan jelas. Apakah mata Anda agak jelas saat ini atau apakah Anda melihat saya secara samar-samar? Yang lebih jelek lagi, mungkin Anda melihat saya ada dua orang! Satu orang seperti saya mungkin sudah cukup jelek untuk dilihat, tetapi jika yang terlihat ada dua, hal ini berada di luar daya tahan manusia! Dan apabila Anda melihat saya ada tiga orang, karena sebab atau alasan ajaib apapun, mungkin sudah cukup alasan bagi Anda untuk merasa sudah berada dalam neraka. Maksud saya bagaimana Anda bisa tahan melihat tiga orang seperti saya jika melihat satu saja sudah tidak tahan? Baiklah, marilah kita sepakat bahwa Anda bisa melihat saya paling tidak dengan benar-benar jelas dan Anda juga bisa melihat segala sesuatu di sekeliling. Anda bisa melihat sedikit sinar matahari di luar sana. Sekarang saya ingin Anda memperhatikan indera-indera Anda - mata Anda, telinga Anda, hidung Anda, kelima-lima indera Anda. Dan apabila Anda memiliki enam indera, silakan Anda pakai juga indera yang keenam itu. Apakah Anda merasakan apa yang sedang terjadi saat ini? Apakah Anda merasakan bahwa kita sedang bergerak-gerak, dan kita sedang bergerak dengan sangat cepat? Apakah Anda merasakan adanya gerakan? Bisakah Anda melihatnya? Sekarang lihatlah keluar sekali lagi. Bahkan apabila pandangan mata Anda mungkin tidak sampai 20/20, paling tidak pandangan itu masih cukup tajam untuk dapat melihat sesuatu yang bergerak dengan cepat. Apakah Anda merasakannya?
Anda akan berkata, "Permainan jenis apa yang sedang dia mainkan di pagi-pagi buta ini pada saat otak kita belum benar-benar jernih, dan kita belum minum cukup kopi? Saat kita sedang sibuk membenahi isi otak, dia muncul dengan pertanyaan semacam itu!"
Tidak, saya tidak memainkan permainan psikologis terhadap Anda. Anda mungkin senang mengetahui bahwa saya bukanlah psikolog. Saya hanya meminta Anda untuk melatih indera-indera Anda. Saya harap itu bukanlah suatu permintaan yang berlebihan. Atau apakah Anda biasa pergi berkeliling dengan mata tertutup, dengan hidung tersumbat dan telinga Anda tertutup? Apakah indera-indera Anda berfungsi? Apakah indera-indera itu berfungsi dengan baik? Nah, hidupkanlah seluruh indera Anda dan coba disetel sampai ke tingkat yang maksimal. Apakah Anda dengan segera merasakan bahwa Anda sedang bergerak-gerak dengan sangat cepat? Saya akan diam beberapa saat jika suara saya mengganggu Anda. Apakah Anda melihatnya? Apakah kita sedang bergerak-gerak dengan sangat cepat?
Anda mungkin berkata, "Saya mungkin tidak cukup tidur tetapi saya tidak terlalu bodoh sehingga sama sekali tidak bisa melihat sesuatu yang bergerak-gerak selain dari bibir Anda. Pergerakan apa? Saya sama sekali tidak merasakan pergerakan. Mungkin korden yang bergerak-gerak karena terhembus angin. Tidak ada pergerakan lainnya. Tetapi untuk sensasi kecepatan, saya tidak merasakannya."
Tetapi bisakah Anda dengar suara kecepatan yang menderu-deru? Bisakah Anda mendeteksi kecepatan itu dengan hidung Anda? Anda berkata, "Edan. Siapa yang bisa mendeteksi kecepatan dengan hidung?" Baiklah, sekarang cobalah dengan indera keenam Anda. Punyakah Anda indera keenam? Beberapa orang mengatakan mereka memiliki indera keenam yang sangat menakjubkan, cobalah indera keenam Anda. Lihatlah keluar jendela apabila Anda suka, dan cobalah melihat ke arah yang lain. Apakah Anda melihat sesuatu yang bergerak-gerak cepat?
Anda akan berkata, "Sudahlah. Sudah lima menit kita membicarakan hal ini, kami sudah pusing."
Apakah ada sesuatu yang sedang bergerak cepat? Saya tidak sedang bercanda, bukankah begitu? Kita semua sudah pernah masuk ke sekolah dasar dan beberapa melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, dan selama masa sekolah, kita sudah belajar sedikit tentang ilmu fisika dasar. Saya yakin bahwa Anda tahu kita sedang bergerak-gerak dengan kecepatan yang luar biasa saat sekarang ini. Apakah Anda tahu seberapa cepat, jika Anda masih bisa mengingat ilmu fisika dasar Anda? Bagaimana dengan para remaja, pada kecepatan berapakah kita bergerak-gerak? Lebih dari 1.000 mil per jam. Kita bergerak-gerak dengan kecepatan 1.000 mil saat sekarang ini, sebagaimana saya berdiri di sini. Mungkin saya melihat Anda menjadi dua orang karena kita sedang bergerak-gerak sangat cepat.
Tetapi Anda akan berkata, "Tidak bisa. Seluruh indera saya, yang berada dalam kondisi sangat bagus, memberitahu saya bahwa kita berada di atas terra firma yaitu di atas dasar yang kokoh. Jelas sekali bahwa kita sekarang ini berada di atas dasar yang teguh. Dan itu berarti tidak seperti di atas kapal di mana segala sesuatunya bergerak-gerak dan Anda merasakan pergerakan. Kita sedang berdiri di atas landasan yang teguh, dan tidak ada yang bergerak-gerak."
Apakah itu benar? Panca indera kita ternyata salah. Indera-indera kita tidak memberitahukan kita bahwa pada kenyataannya kita sedang bergerak. Mengapa kita tidak merasakan pergerakan? Mengapa indera-indera kita tidak terus-menerus memberikan informasi bahwa kita sedang bergerak lebih dari 1.000 mil per jam pada saat ini? Pada saat saya berbicara, kita sudah bergerak ratusan mil. Menjelang kita menyelesaikan khotbah ini. kita mungkin sudah bergerak 1.000 mil. Apakah saya bercanda? Tentu saja tidak. Anda tahu bahwa bumi ini berputar pada porosnya dengan kecepatan lebih dari 1.000 mil per jam. Saya hanya sekadar berbicara tentang hal yang seharusnya sudah kita ketahui secara umum. Namun ternyata kita tidak merasakan sensasi pergerakan itu sedikitpun. Indera-indera kita, seluruh persepsi kita, indera keenam kita, indera ketujuh kita, indera kedelapan kita, indera apapun itu, tidak ada yang memberitahukan kita bahwa kita sedang bergerak-gerak pada saat ini. Bukankah itu benar? Saya hanya berbicara tentang fakta yang ada. Saya berusaha untuk membantu Anda memahami, dengan mempergunakan ilustrasi ini, bahwa panca indera kita benar-benar tidak memberikan kita informasi yang sangat penting ini. Indera tersebut hanya bisa memberitahukan kita apa yang sedang terjadi dalam lingkungan kita saat ini tetapi Anda tidak mengetahui apa-apa sedikit lebih jauh dari hal tersebut. Indera-indera itu benar-benar tidak memberitahukan Anda apa-apa.
Ketika Anda berkendaraan dari Montreal atau dari Toronto menuju ke perkemahan ini, seberapa cepat mobil Anda melaju? Baiklah, apabila Anda berkendaraan bersama dengan beberapa "spesialis balapan" kami, Anda kemungkinan sudah melintasi jalan raya dengan kecepatan 80 mil per jam. Tetapi entah Anda melintasi jalan raya dengan kecepatan 80 mil per jam ataukah 60 mil per jam., apakah Anda merasakan sensasi dari kecepatan tersebut? Tentu saja merasakan. Anda mendengar angin bergemuruh. Hawa di dalam mobil kami sangat panas, seperti terpanggang saja rasanya. Jadi kami menurunkan kaca jendela, dan suara angin pada kecepatan 60 mil per jam. sangatlah keras, kami harus berteriak-teriak untuk berbicara antara satu dengan yang lainnya. Telinga Anda memberitahukan Anda ada pergerakan karena suara angin itu. Anda melihat ke marka jalan dan melihatnya bergerak-gerak seperti meluncur saat Anda melaju dengan kecepatan 60 mil per jam. Tentu saja apabila Anda tidak melihat ke speedometer, Anda tidak mengetahui kecepatan Anda melaju. Indera-indera kita tidak bisa memberi tahu kita kecepatan dengan akurat. Kita harus melihat ke speedometer dan kemudian kita baru mengetahuinya. Itulah sebabnya kadangkala Anda mungkin mendengar sirine polisi di belakang Anda dan kemudian Anda akan bertanya, "Kesalahan apa yang sudah saya lakukan?" Kemudian polisi itu akan memberitahu Anda bahwa Anda melaju 10 mil melebihi batas kecepatan. Jadi, karena Anda tidak melihat "speedo" itu, Anda mendapatkan surat tilang pelanggaran kecepatan. Anda seharusnya memperhatikan "speedo' itu untuk memastikan bahwa uang Anda tidak terkuras oleh surat tilang batas kecepatan, karena indera-indera Anda tidak bisa memberitahu sudah seberapa ngebut kendaraan Anda.
Pernahkah Anda mengemudikan mobil dengan kecepatan 100 mil per jam.? Saya kira sedikit orang yang pernah seperti itu. Di Kanada, Anda tidak bisa melakukan hal itu karena akan mendapat surat tilang batas kecepatan. Tetapi saya pernah lebih dari sekali mengemudikan mobil melebihi 100 mil per jam secara resmi. Dapatkah Anda mengalami sensasi pergerakan dengan kecepatan setinggi itu? Tentu saja tergantung pada jenis mobil yang Anda kendarai. Yang pertama saya kendarai adalah sebuah mobil sport Fiat, dan ketika mobil itu melaju sampai 100 mil per jam, saya mendapatkan sebuah sensasi kecepatan yang luar biasa, mungkin karena mobil itu terlalu rendah dan saya begitu dekat dengan tanah sehingga segala sesuatunya terasa bergerak sangat cepat di semua sisi. Hal itu agak mirip ketika Anda memainkan sebuah video game di mana segala sesuatunya bergerak-gerak dan Anda mulai kebingungan mencari cara untuk menghindari tabrakan dengan benda yang ada di depan. Rasanya seperti itu.
Dalam kesempatan yang lain, saya mengendarai mobil yang lain pada kecepatan di atas 100 mil per jam (170 kilometer per jam), tetapi saya hampir tidak mendapatkan sensasi kecepatan. Entah bagaimana saya tidak merasa bahwa saya telah melaju secepat itu. Dengan kecepatan yang sama di kedua mobil tersebut, ternyata indera-indera saya telah memberikan saya informasi yang berbeda-beda, tak pelak lagi karena struktur dan rancangan Opel Jerman berbeda dengan yang dimiliki Fiat. Saya harus melihat ke "speedo" berkali-kali karena rasanya tidak seperti 100 mil per jam. Dan pada suatu saat, ketika saya melihat ke "speedo" itu, kecepatannya sudah melebihi 100 mil per jam. Indera-indera kita tidak bisa diandalkan. Kita tidak bisa tergantung pada indera-indera kita untuk memberikan informasi yang akurat kepada kita karena terlalu banyak faktor lainnya yang terlibat.
Kita tidak bisa memahami hal-hal rohani dengan indera-indera fisik. Apakah tujuan saya mengatakan semua ini? Saya ingin menyampaikan kepada Anda suatu bagian yang sangat penting, ada satu persoalan yang melekat di dalam diri kita, yaitu bahwa kita telah tumbuh dengan mengandalkan pada indera-indera kita sebagai sumber yang pokok, yang memang satu-satunya sumber informasi yang diterima ke dalam otak kita. Kita benar-benar mengandalkan sepenuhnya informasi eksternal, yang sebenarnya tidak bisa diandalkan ini. Tetapi kita belum mencoba untuk mempergunakan sumber-sumber informasi lainnya. Dan ketika kita tumbuh bersama dengan mentalitas ini, kemudian berusaha untuk memahami atau merasakan hal-hal spiritual, kita menghadapi jalan buntu. Jika kita ingin memasuki kehidupan rohani, kita harus menyadari bahwa jika kita hampir tidak bisa memahami atau merasakan dengan benar apa yang terjadi di dunia nyata dengan indera-indera fisik kita, maka jelaslah bahwa kita sama sekali tidak bisa memahami hal-hal rohani dengan mengandalkan indera-indera fisik tersebut. Saya akan melanjutkan ilustrasi ini sampai Anda benar-benar bisa mendapatkan pemahaman yang kokoh tentang apa yang sedang saya bicarakan.
Tetapi pertama-tama, Anda mungkin menanyakan saya apa kaitannya dengan tema retret ini. Saya akan menjelaskan kaitannya. Dan di dalam 30 menit ke depan, Anda akan dapat memahami lebih jelas mengenai apa kaitannya. Tema retret kita adalah, "Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman?" yang diambil dari Lukas 18:8b. Itu adalah sebuah pertanyaan retoris dan pertanyaan retoris berarti bahwa jawaban yang diharapkan terhadap pertanyaan itu adalah kata 'tidak', Yesus tidak akan mendapatkan iman pada saat Dia datang kembali. Dan ketika Dia mengamati kita, kumpulan jemaat di sini, akankah Dia mendapatkan iman? Maaf, jawabannya mungkin 90% adalah tidak, jenis iman yang Dia cari tidak ada di sini. Anda mungkin berkata Anda memiliki iman tetapi kita bukanlah hakim atas iman kita. Dia yang akan memutuskan apakah kita memiliki iman atau tidak. Dan saya curiga bahwa perkiraan tentang 10% dari kita yang ada di sini memiliki jenis iman yang Yesus cari merupakan hal yang terlalu optimis.Yang akan saya lakukan dalam khotbah kali ini adalah menanyakan satu hal, apakah patologi dari ketidakpercayaan itu? Apakah akar dari penyakit tidak percaya? Mengapa orang-orang tidak percaya? Saya sudah memberikan Anda satu alasan yang sangat penting beberapa saat yang lalu. Hal itu karena sudah sifatnya, Anda dan saya adalah apa yang Injil sebut sebagai "manusia duniawi (carnal)". Artinya, kita berfungsi menurut daging kita, mengikuti kehendak mata ini, tidak menurut jiwa, tidak menurut apa yang Injil sebut sebagai "manusia batin". Bagaimana caranya hal fisik merasakan hal rohani? Kita semua adalah kaum intelek, bukan? Kita semua telah menghabiskan sedikit waktu di sekolah. Dan beberapa dari kita bahkan sudah melanjutkan ke universitas dan merangkak keluar dengan secarik kertas yang memberitahukan kita bahwa kita mendapatkan gelar ini atau itu, serta kita berpikir bahwa diri kita ini kaum "intelektual". Oh ya, hal itu telah membuat kita menjadi sangat penting tetapi tentu saja kita tidak akan memperlihatkannya. Kita ingat bahwa adalah sangat penting untuk menjadi rendah hati, khususnya di antara orang Kristen. Mari kita tidak membodohi diri kita sendiri. Semua bentuk pendidikan telah mengajarkan kita untuk mempergunakan indera-indera kita: mata, telinga, hidung dan otak kita yang mungil ini, yang selalu kita bayangkan memiliki kehebatan yang luar biasa. Serta kita mengira kita bisa memproses informasi yang diperoleh lewat mata dan telinga kita. Kita menjadi terlalu percaya diri dan merasa mampu untuk memproses dengan lebih baik daripada semua komputer yang canggih, serta kita yakin bahwa kita mengetahui semua fakta-fakta yang ada.
Namun saya baru saja memperlihatkan pada Anda bahwa seluruh panca indera Anda, walau pun segenap kemampuannya digabungkan menjadi satu, bahkan tidak bisa memberitahukan bahwa kita sekarang ini sedang bergerak dengan kecepatan lebih dari 1.000 mil per jam. Anda tidak tahu. Bahkan yang lebih buruk lagi bahwa ras manusia (dengan mempergunakan seluruh kecerdasan dan inderanya), baru beberapa abad terakhir ini mengetahui bahwa kita pada kenyataannya berputar-putar dalam sebuah poros. Hal itu baru diketahui dengan menggunakan beberapa proses lainnya, bukan dengan mengandalkan kedua proses standar dari panca indera kita yaitu persepsi dan observasi, bukannya bahwa observasi tidak berperan sama sekali. Tetapi ketika orang pertama berkata bahwa bumi ini berotasi pada sebuah poros, yang lainnya menjawab, "Benar-benar tolol!" Kebanyakan dari Anda tahu dari sejarah Gereja bahwa orang-orang ini bahkan dituntut oleh Gereja dalam ketidaktahuannya karena Gereja telah membuat kesalahan yang sama seperti orang-orang lainnya. Mereka berfungsi menurut persepsi inderanya. Marilah berbicara mengenai kebodohan Gereja, artinya kita semua yang ada di dalamnya. Kita bodoh karena kita tetap mengandalkan indera-indera kita.
Kita mengandalkan indera kita bahkan ketika kita berdoa
Seperti beberapa saudara yang datang menemui saya dan berkata, "Saya tidak tahu bagaimana caranya berdoa." Ingatlah Perumpamaan Tentang Hakim Yang Lalim dalam Lukas 18:1-8 berkenaan dengan doa, yang merupakan permasalahan lain yang akan saya bahas. Saya percaya bahwa Anda kadang-kadang berdoa. Dan apa yang Anda lakukan pada saat berdoa? Anda menyetel indera Anda dan berkata, "Tuhan, saya sedang mendengarkan. Lihatlah, saya sudah berbicara kepada-Mu selama 25 menit tetapi saya belum mendengar sepatah kata dari-Mu dan saya akan mencoba selama 25 menit lagi." Dan kemudian kita mendengarkan dengan telinga kita. Apakah Anda mendengar Allah mengatakan sesuatu kepadamu? Tidak. Tidak terjadi apa-apa. Baiklah, saya melihat sekeliling kembali dan semua yang saya lihat adalah tembok di depan saya.
Seseorang berkata kepada saya, "Bagaimana saya bisa tetap berdoa? Setiap kali saya membuka mata, saya melihat tembok itu, dan setiap kali saya menutup mata, saya tidak melihat apa-apa." Mungkin tidak melihat apa-apa lebih baik daripada melihat tembok. Mengapa Anda mengalami kesulitan untuk berdoa? Karena Anda melihat melalui indera-indera Anda. Anda berkeinginan untuk merasakan sesuatu.
Anda akan berkata, "Baiklah, jangan bodoh. Saya lebih maju daripada orang-orang primitif ini yang mengira bahwa mereka bisa melihat Allah dengan mata mereka serta mendengar Allah dengan telinga mereka. Marilah kita coba indera keenam. Saya menyetelnya dan membesarkan volumenya. Tidak ada apa-apa. Saya menyerah. Tidak ada gunanya. Dasar orang Kristen. Doa macam apa itu? Apakah orang-orang ini mengatakan mereka berkomunikasi dengan Allah tetapi mereka tidak mendengar apa-apa? Mungkin mereka mempergunakan alat bantu dengar yang khusus. Mungkin mereka telah membeli beberapa kaca mata 3 dimensi dan tiba-tiba Anda melihat apa yang sebelumnya tidak ada di sana. Mungkin seni berdoanya berhubungan dengan belajar bagaimana caranya menghayal. Jadi apabila Anda belajar bagaimana caranya menghayal, Anda bisa melihat semua jenis keganjilan serta keindahan yang sebenarnya tidak ada." Apakah Anda lihat betapa kita sangat tergantung dengan indera-indera kita? Tetapi bukan saja indera-indera kita yang tidak memberitahukan kita tentang hal-hal spiritual, indera-indera tersebut bahkan tidak mampu memberitahu kita mengenai sesuatu yang bersifat fisik.
Pikirkan indera-indera Anda saat berada di pesawat udara
Saya yakin kebanyakan dari Anda sudah pernah naik pesawat udara. Mungkin Anda sudah pernah naik pesawat udara berkali-kali. Pikirkanlah tentang indera-indera Anda khususnya dalam pesawat udara. Pada saat Anda naik ke pesawat, indera Anda semuanya aktif. Anda melongok ke pramugari guna melihat apakah dia orang yang menarik ataukah galak. Apakah dia mengatakan, "Pasang sabuk pengamannya!" Dan Anda akan berkata, "Baik, sabar sedikit. Kalau Anda habis bertengkar dengan suami Anda, Anda tidak perlu melampiaskannya kepada saya." Tetapi dia adalah pramugari yang baik. Dia tersenyum, khususnya di pesawat Singapore Airlines, dan dia berkata, "Boleh saya tawarkan Anda sesuatu? Apakah Anda mau membaca surat kabar? Bagaimana kalau manisan? Permen karet?"
Setelah itu Anda melirik jam tangan Anda dan berpikir, "Katanya pesawat ini akan lepas landas pukul 10. Mengapa pesawat ini belum juga berangkat? Apa yang terjadi dengan pesawat ini?" Perasaan Anda sekarang ini mengambil alih. Dan kemudian akhirnya, Anda mendengar sebuah pengumuman yang mengatakan pesawat itu sedikit tertunda karena pengawas lalu lintas udara mengatakan harus menunggu kira-kira lima menit. Suara merdu si pembaca pengumuman itu tidak menolong keterlambatan Anda, tetapi paling tidak suara itu membuat Anda sedikit menjadi lebih enak.
Kemudian telinga Anda mendengar sebuah mesin menderu dan mesin yang satunya lagi hidup ketika Anda melihat sayap-sayapnya terkepak-kepak. Dan Anda berkata, "Saya harap pesawat ini mau mengudara." Anda sedikit gugup dan kemudian mulai berdoa, "Tuhan, tolong, saya harus bertemu ibu saya. Ibu saya akan menjadi sangat sedih apabila dia tidak melihat saya. Dia ada di bandara dan dia memang sedang mengalami kesusahan. Jangan berikan dia beban tambahan ini." Doa itu selesai kemudian kita mengunyah permen karet. Permen itu membantu mengendurkan tekanan pada telinga. Hal ini kedengarannya lucu, tetapi bukankah hal itu yang kita lakukan? Ayolah, jujur saja. Hidup kita akan menjadi sangat lucu apabila orang-orang bisa melihat apa yang kita kerjakan dari hari ke hari. Cara hidup yang menggelikan dari "Kekristenan" yang kita anut bahkan sangat lucu bagi diri kita sendiri. Akan seperti apakah rupanya dalam pandangan Allah? Akankah Dia menemukan iman? Oh ya, Dia mendapatkan orang-orang yang berdoa sebelum pesawat udara itu lepas landas. Tentu saja Anda tidak menginginkan orang di sebelah Anda mengetahui bahwa Anda sedang berdoa. Anda memegang majalah di depan Anda dan berpikir, "Saya bukanlah orang yang religius seperti itu. Yang penting adalah Allah melihat hati saya. Mari kita berlagak seperti sedang membaca majalah penerbangan ini."
Pesawat itu bergerak-gerak. Pesawat itu bergerak terus-menerus secara pelahan-lahan dan kemudian akhirnya berbelok di sudut menuju landasan pacu, dan sekonyong-konyong ada letupan yang keras dari mesinnya serta Anda terdorong ke belakang di dalam tempat duduk Anda. Kemudian pesawat itu melaju di landasan pacu dan Anda melihat segala sesuatunya bergerak semakin lama semakin cepat, bukan?
Anda akan berkata, "Mengapa Anda mengatakan hal ini? Ini bukanlah Sekolah Minggu." Tetapi saya ingin Anda mengingat apa yang indera-indera Anda dan apa yang indera-indera saya kerjakan untuk kita. Pada saat pesawat itu melaju dengan kecepatan 100 mil per jam, seperti mobil yang saya kendarai, segala sesuatu berlari-larian dengan amat sangat cepat. Dan kemudian pesawat itu melaju sampai 150 mil, 200 mil, dan tiba-tiba hidung pesawat ini mulai terangkat, badan Anda tertarik lebih jauh ke belakang di tempat duduk serta kaki Anda terangkat. Dan tiba-tiba pesawat itu lepas landas atau mengudara. Kita menarik napas lega dan berkata, "Terima kasih Tuhan. Kadangkala Engkau benar-benar mendengarkan doa-doaku. Sekarang permasalahan yang besar lainnya ada di bandara tujuan, saat pendaratan nanti, tetapi saya akan berdoa ketika kita sudah mendekati bandara tujuan." Dan kemudian apa yang terjadi? Pesawat itu mengudara, dan sebenarnya, secara tiba-tiba, Anda kehilangan akan sensasi kecepatan. Apa yang terjadi pada saat pesawat itu mencapai ketinggian 35.000 kaki? Indera-indera Anda tidak memberikan lagi informasi tentang kecepatan. Apakah Anda ingat? Pada saat ini, Anda bisa melonggarkan sabuk pengaman Anda. Dan orang di sebelah Anda menyalakan rokok yang baunya sangat menyengat, dan hal itu membuat Anda sesak napas selama beberapa jam kemudian. Kita selalu menemukan hal-hal sejenis ini dalam penerbangan, bukan? Tiba-tiba Anda berada di ketinggian di angkasa tanpa sensasi kecepatan lagi. Lucu sekali, pada kecepatan 100 mil per jam di daratan, Anda merasakan sensasi kecepatan yang sangat luar biasa. Segala sesuatu bergetar dan Anda bisa melihat segalanya berlari-larian dengan cepat. Sekarang, kecepatan Anda sebenarnya sudah tiga kali lipat atau mungkin empat kali lipat. Pesawat itu sekarang ini melaju dengan kecepatan 650 mil per jam tetapi Anda tidak merasakan sensasi kecepatan sedikitpun. Anda bisa jalan keliling dan Anda tidak jatuh di antara deretan tempat duduk. Anda bisa mengambil secangkir kopi dan cangkir itu melekat erat di tangan Anda, jika pesawat Anda tidak masuk ke kantong udara dan Anda tersungkur, menyiram orang di depan Anda dengan kopi. Tidak ada lagi perasaan kecepatan. Indera-indera Anda sekarang ini tidak lagi memberikan Anda informasi. Apakah yang terjadi? Anda berjalan keliling di ketinggian 35.000 kaki di angkasa dengan cara yang sama seperti yang Anda lakukan di daratan. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa sabuk pengaman Anda sedikit kurang nyaman daripada yang Anda miliki di rumah karena Anda berada di kelas ekonomi dan siku orang di sebelah Anda menempel di tulang rusuk Anda. Tetapi terlepas dari semuanya itu, suasananya benar-benar seperti di daratan. Apakah Anda paham apa yang saya katakan? Seluruh hidup Anda telah Anda percayakan kepada panca indera untuk segala sesuatunya, tetapi indera-indera itu tidak bisa diandalkan.
Apakah mata Anda melihat danau yang datar atau melengkung?
Dalam hampir seluruh sejarahnya, umat manusia telah percaya bahwa bumi ini adalah datar, benar? Baiklah, kita semua sudah pernah duduk di bangku sekolah dasar, kita semua tahu mengenai hal tersebut. Ayo, pergunakan mata Anda. Lihatlah danau itu, apakah melengkung? Tidak, danau itu datar. Maksud saya, setiap orang tahu bahwa apabila danau itu melengkung, pastilah lebih melelahkan untuk berenang "ke puncak" menuju ke tengah danau dan kemudian Anda bisa dengan mudah meluncur turun di sisi sebelahnya. Tetapi yang terjadi tidak demikian. Sama lelahnya menuju ke tengah-tengah danau dan berenang ke tepian. Bagaimana mungkin danau itu melengkung? Jangan bodoh, danau itu tidak melengkung. Sepanjang sejarah manusia, kita telah percaya bahwa bumi ini datar karena indera kita memberitahukan kita seperti itu. Tentu saja terdapat bukit-bukit dan lembah-lembah, tetapi berbicara secara umum, bumi ini datar, benar? Kita telah mempercayai semuanya ini melalui sejarah manusia, kemudian beberapa orang bodoh datang dan memberitahukan kita bahwa bumi ini bulat. Ini adalah jenis orang-orang yang akan Anda masukkan ke rumah sakit jiwa! Itu adalah kebenaran. Maksud saya, memasukkan mereka dalam sebuah rumah sakit jiwa sudah cukup bagus. Pada kenyataannya orang-orang seperti itu sudah dieksekusi mati karena telah berbicara tentang omong kosong semacam itu. Kita, orang-orang yang terpelajar, pintar, dengan daya indera kita yang sangat sempurna selalu melihat bahwa bumi itu datar! Apakah mata Anda melihat matahari atau bumi bergerak-gerak? Dan apa lagi yang terjadi? Kita semua tahu bahwa matahari terbit di timur. Matahari itu terbit. Apakah Anda melihat bumi ini terbenam? Tentu saja tidak. Matahari terbit dan kemudian terbenam di barat. Apakah kita mau ditipu oleh indera-indera kita?
Sepanjang sejarah manusia, indera kita memasukkan informasi yang sangat akurat ini, yang belakangan kita ketahui bahwa semuanya itu salah. Tetapi kita masih mempercayai indera kita. Apa yang tersisa jika indera ini tidak ada pada kita? Tidak ada yang tersisa. Alat-alat penginderaan kita mungkin jelek tetapi biar bagaimanapun juga kita harus mempercayai alat-alat ini. Paling tidak merupakan sesuatu yang sudah melegakan apabila speedometer mobil Anda tidak bagus dan memberitahukan Anda bahwa Anda sudah melaju dengan kecepatan 100 mil per jam pada saat Anda sebenarnya sedang melaju dengan kecepatan 35 mil per jam, dan Anda akan berkata, "Ah, mobilku sangat bagus! Bisa melaju dengan kecepatan 100 mil per jam!" Kadang-kadang enak juga dibohongi. Kebenaran itu tidak selalu menyenangkan. Kepalsuan seringkali sangat menarik, bukan?
Saya melihat diri saya di cermin dan berkata, "Siapakah orang ganteng di sana itu? Siapakah si tampan yang saya lihat di cermin ini? Bagaimana Hollywood bisa sangat buta sehingga mereka tidak melihat orang seperti saya? Dan tentunya seluruh industri perfileman sudah sedemikian bodohnya karena tidak memakai saya - bakat besar yang tersembunyi dibalik wajah yang tampan ini!" Lagi pula, apa salahnya menipu diri sendiri? Dosis yang sedikit dalam menipu diri pasti bagus untuk jiwa. Demikianlah, kita membanggakan indera-indera kita meskipun dalam kenyataannya indera-indera tersebut sangat tidak bisa diandalkan. Apakah Anda bisa memahami apa yang saya katakan?
Terjemahkanlah yang berikut ini ke dalam kehidupan spiritual. Apabila Anda bahkan tidak memahami apa yang sedang terjadi dalam dunia fisik, bagaimana Anda bisa memahami apa yang sedang terjadi dalam dunia spiritual? Akan tetapi Anda tetap bersikeras untuk hidup mengandalkan indera-indera Anda.
Bisakah telinga Anda mendengarkan gelombang suara? Apakah Anda memiliki sebuah radio di mobil atau di rumah Anda? Kebanyakan orang memilikinya, bukan? Untuk apa Anda memerlukan radio? Yang perlu Anda lakukan adalah cukup dengan mempercayai telinga-telinga hebat milik Anda. Anda memerlukan radio karena Anda tidak bisa mendengarkan apa yang sedang terjadi tanpa peralatan itu. Sekarang ini, udara di sekitar kita terisi dengan gelombang-gelombang suara. Bisakah Anda mendengarkannya? Pasanglah telinga Anda dan lihat apakah Anda bisa mendengarnya. Mungkin ada dua puluhan stasiun yang sedang memancarkan siaran sekarang dalam gelombang-gelombang suara yang mengalir melalui setiap sudut ruangan ini di saat ini. Tetapi yang bisa Anda dengar hanyalah suara saya yang membosankan. Anda berharap untuk bisa mendengarkan saluran dengan musik pop dan kaki Anda akan bergoyang-goyang sekarang ini. Tetapi Anda harus mendengarkan khotbah yang memberitahu Anda bahwa indera-indera Anda tidak berfungsi. Siapa yang ingin mendengarkan ini?
Saya tidak sedang mempermainkan Anda. Saya barangkali berbicara dengan suatu cara yang mungkin membuat orang tertawa dari waktu ke waktu, tetapi saya ingin menyampaikan suatu pokok vital yang jika Anda tidak memahaminya, Anda tidak akan pernah berkembang secara rohani. Anda tidak akan pernah memiliki iman. Dan Anda akan berada di antara orang-orang yang tidak beriman. Alasannya akan menjadi jelas begitu kita lanjut sedikit ke bagian berikutnya.
Pernahkah Anda melihat sebuah atom?
Saya lanjutkan sedikit lagi untuk membantu Anda melihat permasalahan indera-indera kita. Sebagai contoh, kita telah mempelajari bahwa seluruh benda nyata ini tersusun atas atom-atom. Dan kembali ke masa sekolah dasar kita, apa yang telah kita pelajari tentang atom? Hanyalah ruangan dengan beberapa neutron dan elektron serta beberapa benda-benda lainnya berputar-putar mengelilinginya, sebuah dunia kecil didalamnya. Itu hanyalah ruangan. Apabila Anda memeras keseluruhan benda itu, katakanlah tubuh manusia, dan menghilangkan semua ruangan yang ada di sana, Anda dan saya akan menjadi tidak kelihatan. Tetapi indera-indera kita tidak memberitahu kita bahwa segala sesuatu itu adalah ruangan. Kayu ini kelihatannya sangat padat. Membenturkan kepala Anda ke tembok tersebut, Anda akan mendapati bahwa tembok itu padat. Anda tidak akan bisa melayang menembus tembok tersebut. Pasti para ahli fisika itu salah lagi. Para penghayal yang bodoh itu, yang duduk di menara gading dalam waktu yang sangat lama dan muncul dengan teori-teori menggelikan ini, berkata bahwa segala sesuatu adalah energi dan ruang! Indera-indera kita memberitahukan bahwa hal tersebut mustahil.
Tetapi Anda dan saya sudah pernah duduk di bangku sekolah dasar tentu saja percaya tentang atom. Kita cukup terdidik untuk percaya tentang hal itu, benar? Kita percaya tentang atom itu. Tetapi sudah pernahkah Anda melihat sebuah atom? Sudah pernahkah Anda mendengarkan sebuah atom? Sudah pernahkah Anda mencium bau atom? Sudah pernahkah indera-indera Anda behubungan dengan sebuah atom? Tidak pernah, bahkan kebanyakan ahli fisika nuklir pun tidak pernah. Lalu mengapa kita percaya semua omong kosong yang mereka beritahu kepada kita tentang atom dan ruang hampa ini? Anda tidak melihatnya. Saya tidak pernah melihat sebuah atom. Kemungkinan tidak seorang pun di ruangan ini yang sudah pernah melihat sebuah atom, dan meskipun demikian kita mempercayainya. Sekarang kita dapat melihat bahwa panca indera kita tidak dapat memberi informasi seperti ini kepada kita. Ilmuwan itu benar. Dia sudah mendapatkan informasinya dari sumber lain. Kita bahkan tidak memahami sumber tersebut. Mungkin dia telah membuktikan teorinya kepada kita dengan cara perhitungan-perhitungan yang bahkan kita tidak memahaminya. Anda akan berkata, "Cukup sudah segala urusan ilmiah ini. Apakah Anda mengatakan ada sebuah atom? Baiklah, baik, Anda sudah membutakan saya dengan ilmu pengetahuan."
Mulai sekarang saya berharap Anda bisa melihat bahwa indera-indera kita benar-benar tidak bisa memberitahu kita tentang sifat-sifat benda. Mereka tidak bisa memberitahu kita mengenai hal tersebut. Kita mesti mempergunakan aturan-aturan, peralatan, perhitungan-perhitungan lain yang jauh di luar kekuatan indera-indera kita untuk menentukannya. Sebagai contoh, Anda dan saya, pernahkah kita melihat kuman? Tidak jika Anda tidak bisa mempergunakan mikroskop yang sangat kuat yang kebanyakan dari kita tidak memilikinya. Kita tidak pernah melihatnya satu pun, kita tidak pernah merasakannya satu pun, kita tidak pernah menciumnya satu pun, tetapi kuman-kuman tersebut sudah melakukan hal-hal yang sangat membahayakan bagi kita. Baiklah, sekarang kita beralih dari masalah ini.
Indera-indera kita bahkan tidak tahu akan apa yang ada di dalam pikiran kita
Baru-baru ini saya mempelajari tulisan dari seorang psikiatris Kristen yang memberitahu kita apa yang kebanyakan dari kita harus sudah dapati dari pembacaan kita. Sebagai seorang psikiatris, bidang spesialisasinya adalah studi mengenai pikiran manusia, dan dia memberitahukan kita tentang kenyataan yang luar biasa bahwa pikiran sadar kita merupakan sebuah prosentase yang sangat kecil dari pikiran kita. Sebuah prosentase yang sangat kecil. Sisanya adalah pikiran tidak (atau bawah) sadar. Dan itulah sebabnya mengapa tugas dari seorang psikiatris adalah untuk membantu orang-orang menggali ke dalam aspek bawah sadar dari pikiran Anda. Dan sudahkah Anda tahu bahwa 95% dari pikiran Anda adalah bawah sadar, dan barangkali hanya 5% atau kurang adalah pikiran sadar? Dengan kata lain, Anda bahkan tidak mengetahui diri Anda sendiri karena 95% darinya bahkan tidak tersedia untuk pikiran sadar Anda! Pikiran itu adalah sesuatu yang mengherankan, bukan?
Di awal usia remaja saya, saya bersekolah di Swiss karena saat itu, ayah saya mewakili Cina di Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa. Pada saat itu Perserikatan Bangsa-Bangsa belum dipindahkan ke New York. Saya bersekolah di Swiss, bagian negara Swiss yang berbahasa Jerman di mana putera-putera para diplomat dari berbagai negara bersekolah. Dan di sana, saya belajar bahasa Jerman hanya dalam waktu satu tahun. Kemudian kami kembali ke Cina setelah masa kerja ayah saya berakhir dan saya tidak berbicara sepatah katapun dalam bahasa Jerman paling tidak selama sepuluh atau dua belas tahun. Tidak sepatah kata pun. Dan selama dua belas tahun kemudian, saya kembali ke Swiss dan saya berpikir, "Tentu saja saya tidak bisa berbahasa Jerman sepatah katapun kecuali mungkin 'terima kasih' dan 'selamat tinggal'. Setelah sepuluh atau dua belas tahun, bahasa Jerman saya pasti sudah lenyap." Tetapi yang sangat mengherankan saya dan mengherankan setiap orang yang kenal saya, saya bisa berbahasa Jerman kembali dalam beberapa hari. Saya tidak mendapatkan kesulitan memahami apa yang sedang dibicarakan. Dalam hari pertama atau kedua, saya sedikit terbata-bata tetapi setelah itu, semuanya itu hilang dan dalam beberapa hari saya berbicara bahasa Jerman seolah-olah saya tidak kemana-mana selama dua belas tahun. Di mana informasi ini tersimpan dalam otak saya? Pikiran sadar saya memberitahukan saya bahwa saya tidak bisa mengingat bahasa Jerman lagi. Meskipun demikian semua itu tersembunyi entah di mana di dalam tempat penyimpanan yang sangat luas dari pikiran bawah sadar, semuanya terekam dalam disket, dan dengan menekan beberapa tombol entah di mana, semua bahasa Jerman yang saya pikir sudah menghilang sejak lama mulai muncul kembali. Saya kira disket tersebut sudah dirusak oleh kelembaban, karatan atau apapun namanya. Menakjubkan! Tetapi saya berpikir mengenai hal itu secara jasmaniah, di mana informasi ini tersimpan dalam disket yang tersembunyi dalam kotak otak yang kecil begini selama sepuluh atau dua belas tahun? Menakjubkan, bukan?
Demikianlah psikiatris ini memberitahu kita bahwa kita tidak hanya bisa mengingat sesuatu, tetapi pikiran bawah sadar juga memiliki kapasitas yang pikiran sadar bahkan tidak pernah memimpikannya. Dan kita bahkan tidak pernah mempergunakan kebanyakan dari pikiran itu. Dalam kenyataannya, psikiatris itu memberitahu kita bahwa kita hanya mempergunakan sekitar 10% dari kapasitas mental kita dan 90% terabaikan. Kita semestinya tidak mempertentangkan mengenai apakah prosentase tersebut benar atau salah, pokoknya hanyalah bahwa indera-indera kita bahkan tidak sadar akan apa yang ada di dalam diri kita. Psikiatris mencoba untuk menggalinya dari kita. Dia sudah terlatih untuk melakukan hal tersebut tetapi juga terdapat batasan mengenai apa yang dia bisa lakukan.
Saya harap sekarang ini Anda bisa melihat, ke arah manapun Anda melihat, apakah dari bagian dalam ataupun bagian luar, indera-indera Anda dan punya saya bahkan tidak bisa memberitahu kita mengenai benda-benda fisik ataupun mental, terlebih lagi hal-hal spiritual.
Setiap orang bisa dan harus belajar untuk melihat hal-hal rohani dengan roh
Waktu kita berjalan dengan cepat dan saya ingin menutup dengan sebuah saran dan kita akan melanjutkannya besok. Dalam 2 Korintus 4:18, Rasul Paulus berkata, kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan. Hal ini tampaknya seperti sebuah pernyataan yang disampaikan secara kontradiksi. Bagaimana kita bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat? Tentu saja Paulus tahu apa yang sedang beliau katakan karena beliau melihat apa yang tidak terlihat tetapi tidak dengan mempergunakan mata fisik. Masing-masing dari kita memiliki kapasitas untuk melihat hal-hal rohani. Kita bisa melihat yang tidak terlihat. Kita bisa memahami yang rohani tetapi kita harus belajar bagaimana caranya. Tetapi jika kita tidak mempelajari bagaimana caranya agar berfungsi tanpa mengandalkan indera-indera fisik, Anda dan saya tidak akan ditemukan di antara orang-orang yang memiliki iman.
2 Korintus 5:7 mengatakan, sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat. Melihat adalah yang paling penting dari indera-indera fisik bagi kita, dan meskipun demikian Paulus menghilangkan jauh-jauh hal tersebut dengan mengatakan, "Apabila Anda terbiasa hidup dengan melihat, Anda tidak bisa berfungsi dengan iman. Untuk bisa berfungsi dengan iman, Anda harus berhenti dari mengandalkan penglihatan fisik Anda." Hal tersebut menuntut banyak hal yang harus dikorbankan. Seluruh kehidupan kita telah kita gantungkan pada panca indera kita. Kebanyakan orang Kristen berfungsi dengan mata fisiknya. Apabila saya mengatakan 10% tidak berfungsi dengan melihat, saya menempatkan angka tersebut dengan cara agak optimis. Tanyakan diri Anda sendiri dengan jujur pada saat ini, "Apakah saya berfungsi dengan iman atau dengan mata?" Anda akan berkata, "Saya memiliki sebuah jawaban yang mudah untuk pertanyaan tersebut. Saya berfungsi dengan keduanya." Ya, itulah satu lagi alasan bagi ketidaksetiaan. Hal tersebut membawa saya ke poin saya yang kedua.
Kita mencoba untuk menempatkan kaki kita di dua tempat pada saat yang bersamaan. Kita sangat cerdik. Kita telah menempatkan satu kaki yang tertanam kokoh di dunia ini dan kita mengira kaki yang lainnya tertanam dengan kokoh di Kerajaan Allah. Kita telah mendapatkan yang terbaik dari kedua dunia itu, tidak seperti orang-orang bodoh yang tidak percaya tersebut. Kita berpikir, "Pada saat Yesus datang, paling tidak Dia menemukan saya berdiri di atas kaki ini. Dia bisa menarik saya ke dalam Kerajaan itu. Apabila Dia tidak datang, tidak masalah. Saya masih memiliki kaki yang lainnya berada di dalam dunia ini. Saya memiliki kekayaan saya dan ratusan dari ribuan dolar untuk diandalkan. Jadi tidak bermasalah, bukan? Apabila Yesus datang atau tidak datang, tidak akan terlalu mempengaruhi saya. Saya sudah memiliki tempat saya yang aman di kedua tempat tersebut."
Apa yang Paulus katakan lagi di dalam 2 Korintus 5:7? Apakah kita hidup baik dengan penglihatan maupun dengan iman? Ya, ya, ya, benar. Bukan, bukan, bukan, itu bukanlah apa yang Paulus katakan. Anda berfungsi baik dengan penglihatan maupun dengan iman tetapi tidak dengan keduanya di dalam dunia rohani. Saya harap Anda akan memahami apa yang saya bicarakan mengenai hal-hal rohani. Saya tidak menyarankan bahwa setelah khotbah ini Anda akan berkata, "Puji Tuhan, sekarang saya hanya akan berfungsi dengan iman, dan saya akan menutup mata saya dan langsung terjatuh dari tangga." Seperti teman saya di Cambridge yang memutuskan bahwa dia harus menutup matanya pada saat dia berdoa. Oleh karenanya dia berjalan di jalanan di Cambridge dengan mata tertutup. Dia adalah seorang ahli matematika yang sangat pintar. Hal itu memperlihatkan bahwa tidak peduli seberapa pintar Anda di dalam ilmu pengetahuan, tidak membantu Anda untuk berfungsi dengan sangat baik secara rohani. Dia datang di hari berikutnya, kegirangan dan berkata, "Indah sekali! Anda tahu, saya berdoa dan saya berjalan di sepanjang jalan di jalanan yang sempit ini dengan mata tertutup tetapi saya tidak pernah menabrak pohon!" Dan saya pun senang dia tidak menabrak mobil atau dia tidak akan bisa datang untuk memberitahu saya cerita itu. Jalan itu adalah jalan yang sangat sempit dengan tembok di satu sisinya dan banyak pepohonan di sisi yang lainnya. Dia lebih khawatir menabrak pohon daripada menabrak tembok karena apabila dia bersentuhan dengan tembok ia tidak akan terluka, tetapi apabila dia menabrak pohon, kaca matanya yang mahal akan pecah. Saya tidak menyuruh Anda hidup di dalam dunia ini dengan mata Anda tertutup. Saya berbicara tentang kehidupan rohani. Pada saat Anda datang untuk berdoa, Anda harus memahami bahwa di dalam berdoa, yang terpenting Anda harus belajar berfungsi bukan dengan indera-indera Anda tetapi dengan roh. Apakah Anda tahu bahwa Anda memiliki roh? Atau apakah Anda tidak mengetahui hal tersebut?
Dan Anda mungkin berkata, "Ya, mungkin saya memiliki roh tetapi rasanya seperti saya tidak memilikinya karena roh itu sudah mati!" Apabila Anda tahu hal itu, terpujilah Allah! Karena sekarang Anda bisa meminta Tuhan untuk memberi Anda kehidupan. Dan apabila roh Anda dibutakan oleh Iblis sebagaimana yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 4:4, seperti orang buta dalam Kitab Injil yang berkata, "Tuhan, pulihkanlah pandangan saya. Sembuhkanlah pandangan rohani saya sehingga saya bisa lihat seperti Musa yang tetap hidup setelah melihat Dia Yang tidak terlihat." Ada beberapa orang yang berkeinginan untuk melihat tetapi tidak bisa. Kita tidak bisa membuat diri kita menjadi melihat. Keselamatan berasal dari kasih karunia. Kita tergantung pada-Nya untuk memberikan kita penglihatan yang kita tidak miliki. Sesungguhnya apabila Anda mengandalkan mata Anda, Anda tidak akan bisa bertahan dalam kekristenan Anda apa lagi pada saat Kedatangan Tuhan karena segala sesuatunya akan menjadi sangat buruk sehingga apa yang Anda lihat akan membuat Anda menjadi mual.
Kita tidak bisa tekun dalam berdoa karena indera-indera fisik kita memberontak
Mari kita kembali ke perumpamaan dalam Lukas 18:1-8 yang menjadi dasar bagi tema perkemahan kita. Itu adalah perumpamaan dari pembelaan janda terhadap hakim demi keadilan. Apakah dia mendapatkan keadilan pada awalnya? Tidak. Yang ia dapatkan adalah ketidakadilan. Apakah perbandingan antara Allah dengan hakim dalam perumpamaan ini? Apakah ada perbandingan? Jawabannya adalah ya dan tidak. Apa yang Anda maksudkan dengan ya dan tidak? Anda baru saja mengatakan kita tidak boleh kompromi. Oh, saya tidak berkompromi. Saya berbicara dalam dua tingkat yang berbeda. Pernahkah Anda, seperti janda ini, memiliki perasaan bahwa Anda telah memohon dan Anda telah memohon dan Anda terus memohon, dan Allah tidak pernah menjawab Anda? Semua indera Anda sudah menjerit-jerit kepada Allah. Anda sudah memaksa mata Anda, Anda sudah memaksa telinga Anda, Anda sudah memaksa segala sesuatunya tetapi Allah tidak menjawab. Dan Anda pergi menjauh dengan perasaan seperti janda ini. "Saya hanyalah seorang janda yang malang. Jangan perlakukan saya seperti ini. Saya adalah seseorang yang lemah dan kesepian dalam keperluan yang dalam. Tolonglah, jawablah saya?"
Bahkan dalam Mazmur, si pemazmur itu telah mengalami hal ini. Dia berkata, "Ketakutan menyertai saya siang dan malam. Saya membasahi bantal saya dengan air mata. Hati saya meleleh bagaikan lilin." Dia sangat menderita. Dia memohon dengan sangat kepada Allah, Hakim dari seluruh bumi untuk membantu, "Mengapa Engkau diam, o Allahku? Bisakah engkau mendengarkan aku? Apakah karena banyak dosa yang tersembunyi di dalam hati saya dan saya tidak menyadarinya? Saya sudah menyatakan penyesalan dengan air mata dihadapan-Mu. Tidakkah Engkau mendengarkan hamba? (Mzm. 22:1-21, Mzm. 28:1-5). Anda lihat, ia melihat Allah seperti Hakim yang tidak adil.
Sebagaimana Ayub katakan, "Kesalahan apa yang telah saya perbuat? Anak-anak saya telah meninggal. Istriku bahkan memberontak melawan-Mu. Harta milikku telah habis. Saya sudah tidak punya apa-apa!" Dia sudah putus asa. Dia sudah menjerit tetapi Surga bagaikan kuningan, bumi bagaikan besi. Allah tidak memberikan jawaban. Dan dalam keadaan seperti itu, kebanyakan dari kita berhenti. Itulah bagian pokok dari perumpamaan ini. Kita berhenti terlalu pagi. Tetapi dalam keadaan tersebut, bukankah setiap saat tampaknya seperti sebuah keabadian? Setiap menit kita berdoa tampaknya seperti 10.000 tahun dan Allah tidak memberikan jawaban. Saudara kita Albert mengatakan dia tidak tahu seberapa lama dia sudah berada di dalam ruangan itu. Dan dia sudah tersiksa dan menjerit kepada Allah. Dia mengira mungkin sudah selama satu jam dia melakukan hal itu, tetapi bagi dia tampaknya seperti sudah 10.000 tahun. Benar, itulah suara dari pengalaman.
Pada saat Anda berdoa dan Allah tidak langsung menjawabnya, hal itu seperti bayi yang menangis minta susu, dan ibunya hanya memerlukan waktu dua menit untuk menghangatkan susu itu, tetapi bagi bayi tersebut, seperti sudah 10.000 tahun. Bayi itu mungkin berpikir, "Aku mati kelaparan. Seberapa lama Anda perlu waktu untuk memanaskan susu itu? Ibu macam apa yang aku miliki ini? Mengapa aku memiliki seorang ibu seperti ini? Tanpa perhatian apapun kepada bayi seperti aku, yang lemah dan patut dikasihani seperti aku ini." Dan perilaku seperti itulah yang kita bawa ke dalam doa, bukan? "Saya sudah menjerit kehadapan-Mu sepanjang hari. Sekarang ini sudah satu hari penuh! Kehidupan saya hanya berlangsung selama 70 tahun, dan sudah sepanjang hari dan Engkau belum menjawab saya."
Anda lihat, indera kita berontak melawan Allah karena kita ingin mendengarkan sesuatu. Kita ingin melihat sesuatu. Kita ingin merasakan sesuatu. Tuhan memberitahukan kita dalam perumpamaan ini bahwa jika Anda berfungsi seperti ini, Anda tidak akan bertahan hidup. Pada akhirnya, apabila Anda masih seorang Kristen, Anda akan menjadi seorang Kristen yang tidak fungsional, nominal, berkompromi. Allah muncul untuk Anda sebagai seorang Hakim yang tidak adil, tetapi Dia tidak seperti itu. Apa yang perlu Anda kerjakan adalah bertahan. Tekun dalam berdoa tetapi kita tidak bisa karena indera kita memberontak. Kita tidak bisa tahan atas kemonotonan ini. Kita tidak bisa tahan untuk tidak mendapatkan sebuah jawaban secara langsung, saat itu juga! Allah seperti kopi cepat saji (instan). Allah seperti mi instan. Apabila Anda harus menunggu dua puluh menit untuk mi Anda, Anda akan mati kelaparan. Anda perlu untuk mendapatkan mi yang Anda bisa makan dalam waktu rata-rata satu menit setelah Anda tuangkan air ke dalamnya. Dan kita berharap bahwa Allah akan ikut ke dalam perjalanan jaman modern ini yang serba instan. Namun kerja menunggu selama dua puluh menit ini tidak bisa ditoleransi, bukan? Apakah Anda tahu apa yang terjadi? Rencana keselamatan Allah adalah sesuatu yang menuntut kita belajar bertekun sampai pada akhirnya.
Saya akan menutup khotbah di bagian ini. Jika kita tidak memahami bahwa kita sudah disalibkan bagi dunia dan mati bagi kelima atau keenam indera yang berusaha menguasai kita, maka kita tidak pernah bisa belajar untuk berhubungan mesra dengan Allah dan dipimpin oleh Roh-Nya. Sesungguhnya kita berada dalam posisi yang sama dengan yang saudara Albert sampaikan kepada kita kemarin, yang membuat kita sangat terharu. Benar sekali dia berkata bahwa ketika dia mendengarkan Tuhan berbicara padanya, dia tidak mengetahui apakah dia mendengarnya secara fisik ataukah secara rohani, tetapi dia menyadari bahwa hal itu pastilah secara rohani sebab anak-anak lainnya yang ada di dalam ruangan itu tidak mendengar sesuatu. Ketika Tuhan berbicara kepadanya, seolah-olah Dia berbicara dengan suara yang cukup keras. Tentu saja saya sudah memberitahukan yang lainnya bahwa saya juga sudah pernah mengalami hal ini. Dia berkata ia merinding. Benar-benar merupakan suatu pengalaman yang mengerikan dan mengejutkan. Namun, Anda tahu, Allah memberi pengalaman ini tidak untuk menakut-nakuti. Hal itu adalah yang pertama kalinya bagi Saudara Albert. Saya juga sudah mengalami yang pertama kalinya, tetapi yang tidak merasa takut, tetapi saya sangat kaget. Saya bingung karena saya adalah seseorang yang selalu mempergunakan otak yang berarti saya selalu ingin berpikir. Jadi dengan segera pikiran saya beroperasi dalam kecepatan yang tinggi untuk mengetahui sumber dari suara ini yang saya dengar sedang berbicara kepada saya. Tuhan-lah yang berbicara kepada saya.
Tetapi sebagaimana yang Anda baca dalam Kejadian, dari yang paling awal ketika Allah menciptakan manusia, Ia memang berencana untuk berbicara kepada kita. Setiap hari, Dia berjalan dengan Adam dan berbicara dengannya. Dia memang berencana untuk bisa berbicara dengan Anda sekarang ini, setiap hari. Tetapi sudahkah Dia berbicara kepada Anda? Sudahkah Anda mendengar-Nya? Andalah yang tahu jawabannya. Dia sudah berbicara dengan saya, dengan Saudara Albert, dan Dia sudah berbicara dengan banyak orang. Kita bukanlah orang-orang khusus. Kita adalah orang-orang biasa, sebagaimana yang dikatakan Saudara Albert dengan benar, "Mengapa saya?" Ya, mengapa saya? Allah ingin berbicara kepada setiap dari kita. Tetapi apabila Anda tetap mengandalkan indera-indera fisik Anda, Anda sudah berada di jalan yang salah, sama seperti pada saat kami datang ke sini, kami melintas di jalan yang panas dan ternyata buntu. Kita berkata, "Di mana ini? Dimanakah perkemahan itu? Mengapa kita sampai masuk ke jalan yang ini?" Dan hal yang sama pun terjadi manakala Anda mengandalkan indera-indera Anda. Anda akan berakhir pada jalan yang salah. Kita harus belajar untuk berfungsi secara rohani.
Saya tidak memiliki lebih banyak waktu lagi untuk mengembangkan bagian ini hari ini, tetapi langkah pertama adalah kita harus memahami: Yang penting bukanlah bahwa kita percaya pada salib Yesus, tetapi apakah salib Yesus itu sudah masuk ke dalam hidup kita dan menyalibkan kita. Selanjutnya saya bisa berkata seperti Paulus, misalnya, dalam Galatia 2:20 dan 6:14 bahwa dengan salib Kristus aku disalibkan bagi dunia dan dunia bagi aku. Saya sudah tidak berfungsi dalam tingkat ini lagi. Saya berfungsi dalam sebuah tingkatan yang baru. Saya mohon kepada Anda, pikirkanlah secara serius persoalan ini, jika tidak kedatangan Anda ke perkemahan ini akan membuang-buang waktu saja. Saya mohon maaf karena Anda harus menghabiskan semua uang ini. Apakah gunanya semua itu jika Anda tidak bisa belajar untuk berhenti berfungsi dalam tingkat jasmaniah ini dan berfungsi secara rohani?
Semua indera kita memberontak terhadap jalan keselamatan Allah
Satu kata terakhir dan kita akan akhiri. Indera-indera kita tidak akan pernah mampu untuk mempercayai cara Allah menyelamatkan orang-orang. Kita bisa membodohi diri kita sendiri untuk mempercayai hal ini, tetapi kita tidak pernah sesungguhnya mempercayainya. Nah, hal tersebut merupakan masalah yang penting juga. Ada sejenis iman yang merupakan penipuan diri sendiri dan Karl Marx benar bahwa jenis iman itu menjadi candu bagi orang banyak. Dan kita harus mengenyahkan jenis iman tersebut. Itu adalah penipuan terhadap diri sendiri karena berpura-pura menerima sesuatu yang sebenarnya sangat tidak bisa diterima.
Saya akan menggambarkan dengan singkat bagian ini. Bagaimana Allah menyelamatkan dunia ini pada waktu air bah melanda? Dengan memberi ide yang menggelikan agar Nuh membangun sebuah bahtera karena akan ada air bah melanda. Mulai dari anak Sekolah Minggu saja sudah tahu bahwa yang dibangun bukanlah kapal. Bahtera (Ark) bukanlah sebuah kapal. Alkitab tidak mengatakan bahwa Nuh membuat sebuah kapal. Dia membuat sebuah kotak karena sebuah ark adalah sebuah kotak kayu yang sangat besar dengan dua buah pintu dan hanya ada sedikit jendela, dan ia berharap dunia ini diselamatkan dengan benda yang kelihatannya menggelikan ini. Dan lagipula Nuh bukanlah seorang tukang kayu. Dia tidak mengetahui sesuatu tentang bangunan atau arsitektur. Bagaimana orang-orang itu akan terselamatkan? Bagaimana cara Anda untuk menempatkan seluruh dunia ke dalam kotak ini? Kotak itu tidaklah cukup besar untuk menempatkan seluruh dunia ini ke dalamnya. Demikianlah, Allah mengirim Nuh beserta keluarganya dan banyak pasangan binatang yang berbeda-beda ke dalam kotak ini. Apabila saya menginginkan agar diri saya terselamatkan, saya tidak mau membuat sebuah kapal. Bangunan yang sangat besar ini akan hancur berkeping-keping. Setiap orang yang tahu sedikit tentang pertukangan mengetahui bahwa bangunan ini tidak akan pernah bisa menahan beban yang harus ditanggungnya. Seluruh bagian itu akan pecah menjadi dua dengan setiap orang tenggelam di tengah-tengahnya. Dan lagipula Anda akan berpikir, "Tidaklah higenis bagi anak-anak saya untuk masuk ke dalam tempat ini. Ada sangat banyak binatang di dalam sana, tidak ketinggalan terdapat banyak singa. Apakah Anda ingin agar saya membawa bayi saya ke dalam bersama dengan singa-singa dan beruang-beruang?" Nuh jelas bukan hanya orang yang waras, akan tetapi dia juga harus dikurung dan dijauhkan dari kemanusiaan karena ide yang konyol ini. Terhadap persepsi indera, pemikiran intelektual, cara keselamatan Allah adalah benar-benar tidak masuk akal. Bagaimana kita bisa percaya bahwa hal ini merupakan sebuah cara yang sangat tepat dalam menyelamatkan orang?
Tetapi apabila Anda berpikir bahwa hal itu adalah konyol, tunggu sampai Anda melihat salib. Anda terbiasa mendengarkan salib tersebut. Itulah sesuatu yang buruk dari Sekolah Minggu. Anda dibesarkan menganggap salib itu suatu kehormatan. Tidak ada yang benar-benar harus dihormati dari salib tersebut. Itu merupakan ide yang paling tidak masuk akal mengenai keselamatan yang pernah kita dengar di dunia ini. Semua indera kita memberontak.
Ketika saya berada di Israel beberapa tahun yang lalu, saya berjalan-jalan ke dalam sebuah toko kecil. Dan di situ, saya melihat sebuah gambar Yesus yang sedang disalib, bukan salib dengan patung Kristus yang Anda lihat dalam gereja Katolik. Ini adalah sebuah lukisan dan saya tidak pernah melihat sebuah lukisan seperti ini. Ini adalah sebuah lukisan artistik dengan Yesus tergantung di atas, salib itu menjulang tinggi, dan cahaya bersinar di segala penjuru. Manusia kecil yang lemah melihat ke arah Yesus Kristus yang agung ini yang tergantung dengan anggun. Itu lukisan surealistik, seperti menonton sebuah film dengan efek tampilan diperbesar. Pada waktu saya melihat lukisan ini di Israel, hati saya terasa tertusuk.
Yesus, kenyataannya, tidak tergantung dengan anggun. Dia sangat direndahkan, semua musuh-Nya melihat-Nya secara langsung. Mereka melihat kelemahan dalam wajah-Nya. Kita semua tahu bahwa darah-Nya mengucur deras, mari jauhkanlah semua barang-barang yang bersifat puitis. Dan saya bisa beritahu Anda bahwa melihat lukisan itu membantu saya untuk melihat seperti apa rasanya apabila saya berdiri di sana di Kalvari memandangi Yesus. Saya beritahu Anda, pandangan itu akan membuat Anda dan saya jatuh sakit! Dan saya tidak akan terkejut apabila Anda yang wanita akan pingsan di tempat itu. Pandangan itu amat menjijikkan! Darah dan ludah melekat pada-Nya. Bisakah Anda bayangkan hal itu? Dia bahkan sudah tidak kelihatan seperti seorang manusia lagi. Dia terlalu lemah sehingga Dia bahkan tidak bisa membawa salib-Nya menuju tempat penyaliban. Dia sudah tidak lagi memiliki kekuatan. Dia terjatuh ke tanah, hampir tidak mampu untuk berdiri di atas kaki-Nya. Dia adalah seseorang yang lemah, kelelahan, tidak berdaya. Dan Dia sudah tidak lagi kelihatan seperti seorang manusia pada waktu orang-orang itu selesai mendera dan meludahi-Nya. Dan kita mencoba untuk menggambarkan ini sebagai sesuatu yang agung?
Kalau saja kita bisa masuk ke dalam jiwa Sang Penyelamat dan Tuhan pada waktu itu! Siapa yang bisa membayangkan apa yang ada dalam pikiran-Nya? Eli Eli, lama sabachthani. Itulah kata-kata yang terekam untuk kita di dalam Matius 27:46. Eli Eli, Allah-Ku, Allah-Ku. Saya bisa mendengarnya keluar dari mulut-Nya dengan berbisik, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau mengabaikan Aku? Mengapa Engkau meninggalkanku? Adakah aku melakukan sesuatu yang jahat? Adakah aku membuat-Mu tidak senang?" Hakim yang tidak adil. Dia mempergunakan kata-kata itu dalam Mazmur 22. Bisakah kita memahami hal ini? Saya tidak meminta Anda untuk menjadi emosional. Saya tidak tertarik dalam emosionalisme. Saya hanya meminta Anda untuk memahami secara rohani apa yang terjadi dalam pikiran-Nya. Apa yang sudah terjadi pada Ayub tidak bisa diperbandingkan dengan hal tersebut. Tidak. Apakah ada ketidakadilan menimpa seseorang seperti yang menimpa Yesus? Dan meskipun dengan kekuatan-Nya yang terakhir, tidak ada kegetiran sedikit pun. Dia berkata, "Bapa, ampunilah mereka.' Anda bisa mendengar kembali kelemahan suara-Nya. Tidak ada lagi kekuatan. Dia hanya bisa mengeluarkan kata-kata doa sebelum Dia wafat.
Inikah Sang Penyelamat dunia? Ini pasti merupakan lelucon paling jelek yang pernah saya dengar. Bahkan tidak lucu! Bagaimana bisa makhluk ini - (bisakah kita sebut Dia seorang manusia?) yang tergantung pada kayu seperti seorang penjahat Romawi, yang ditolak oleh Allah (dalam kata-kata-Nya, "Mengapa Engkau meninggalkan Aku?"), ditentang oleh pemimpin agama, ditolak oleh penguasa sipil, kaum Romawi - menjadi Sang Penyelamat dunia ini? Semua indera-indera kita memberitahu hal itu tidak bisa seperti itu. Tidak, bukan, orang ini tidak bisa menjadi Sang Penyelamat. Kemudian bagaimana kita tahu Dia adalah Sang Penyelamat? Kita tidak tahu, jika salib itu tidak menyentuh kita dan kemudian kita bisa melihat. Mungkinkah hal itu terjadi kepada kita. Marilah kita berdoa apabila Anda masih belum mengerti, "Tuhan, tolong berikan aku penglihatan sehingga aku bisa melihat apa yang indera-indera fisik kami tidak lihat."